Hatsune Miku

Ibu ? (Sebuah cerita pendek)

Posted by : Unknown
Jumat, 23 Januari 2015



IBU ?
Short story by : Muhammad Arif Billah

                Suara dering alarm membelah keheningan kamar ini. Membangunkan ku dari alam mimpi yang tidak beraturan, menuju kepada kenyataan. Aku membuka mataku. Tapi, semuanya tetap gelap. Bahkan sampai aku mencoba untuk membuka mataku lebih lebar. Namun semuanya tetap sama. Hanya kegelapan yang terhampar sejauh mata memandang. Ya, inilah kehidupanku. Tidak ada warna yang menghiasai hari-hariku.
                Aku meraih tongkatku dan berjalan dengan pelan menuju jendela. Ku buka jendela itu seluas-luasnya. Aku ingin melihatnya, pemandangan diluar sana. Aku selalu membayangkan warna warni kehidupan, berlari di taman yang penuh dengan warna-warni bunga. Ya, Aku selalu menantikannya. Namun sekarang aku sadar, impian itu hanya ilusi belaka. Dan aku hanya bisa berusaha untuk mensyukuri  apa yang telah Tuhan berikan untukku. 
Sebuah suara ketukan di ambang pintu memecah lamunanku.
“Hai Anna, kau sudah bangun rupanya. Ini Ibu membawakanmu sarapan. Ibu harap kau menyukainya” Ucapnya dengan lembut.
                Aku berbalik dan tersenyum kearahnya walaupun aku tak tau keberadaannya. Aku merasakan sebuah tangan yang lembut memegang lenganku, dan menarikku dengan pelan menuju tempat tidurku.
“Aromanya sangat enak. Pasti rasanya juga enak” ucapku sambil tersenyum.
“Ah kamu bisa aja. Ibu kan jadi malu.” Katanya, seraya menyuapiku. Aku membuka mulutku, mempersilakan makanan itu masuk kedalam mulutku. Aku mencoba meraba-raba, mencari wajahnya. Aku belai pelan wajahnya yang lembut dan dingin itu. Tidak kusangka Aku mulai meneteskan air mata.
“Ibu, Aku ingin memandangmu. Melihat senyuman indahmu. Aku juga ingin melihat dunia nan luas, yang penuh dengan warna” Ucapku.
Aku merasakan cairan yang dingin merembes turun di pipinya. Aku yakin ia sedang menangis. Ia terisak, lalu memeluk erat diriku. Dibelainya rambutku yang panjang itu, ia berkata padaku.”Itukah yang kau inginkan sayang ? maafkan Ibu karena telah melahirkanmu dalam kondisi seperti ini. Ini salah Ibu. Maafkan Ibu, maafkan Ibu” ucapnya tersedu.
“Tidak, itu bukan salahmu, maafkan Aku telah berkata demikian kepadamu. Maafkan Aku, maafkan Aku. Aku tak ingin kau menangis, bu”
“Tidak, Ibu tidak sedang menangis”
“Walau Aku tak bisa melihat, namun aku bisa merasakan air matamu”.
“Maaf, Ibu pergi dulu keluar sebentar” Katanya seraya melepaskan pelukannya dariku. Lalu ia menghilang begitu saja. Bahkan aku tak mendengar suara langkah kakinya.
Beberapa saat kemudian, seseorang masuk kedalam kamarku. Aku dapat dengan jelas mendengar  suara derap langkah kakinya.
“Siapa disana ?”
“Ini Nenek, Anna. Nenek punya kabar gembira buatmu”
“Apa nek ?”
“Rumah sakit bilang telah menemukan pendonor Mata yang cocok untukmu. Tak berapa lama lagi kau akan bisa melihat sayang” Ucapnya kegirangan. Ia menarikku lalu memeluk erat diriku. Aku sangat terkejut. Aku tak kuasa memendam kebahagiaan ini. Tak terasa air mata mengalir di kedua belah pipiku.
**
Aku terbangun dari tidur panjangku, di tempat ini. Sudah satu minggu Aku berada disini. Tapi Aku tak pernah mendengar suara Ibu. Aku ingin menemuinya.Dimanakah ia sekarang ?. Aku tak sabar ingin membuka perban yang menutup kedua mataku ini, dan melihat wajahnya. Aku berkali-kali bertanya kepada Nenek dimana Ibuku sekarang. Namun, ia enggan menjawabnya. Ia tidak bersuara sepatah katapun saat Aku bertanya tentang hal itu.
Seseorang masuk kekamarku.
“Hai Anna, apakah kau sudah siap  melihat dunia ?” katanya. Aku mengenalinya. Itu adalah suara dokter yang mengoperasi mataku. Aku hanya mengangguk pelan.
Ia mulai mendekat kearahku. Ia mendekatkan guntingnya ke wajahku. Aku dapat mendengarnya. Ia perlahan mulai menggunting perban yang tengah menutupi kedua belah mataku. Keringat dingin mengucur membasahi wajahku. Rasa bahagia dan gugup bercampur aduk menjadi satu. Bagaimanakah dunia itu ? dunia yang telah lama Aku dambakan. Aku sangat tidak sabar ingin melihatnya. Dokter mulai membuka lilitan perbannya. Satu lapis, dua lapis, Aku begitu tidak sabar menantikannya. Ya, lilitan perban itu telah lepas dari mataku. Aku perlahan mulai membuka mataku. Terdapat sedikit warna yang buram disana. Warna tersebut makin jelas, dan makin jelas. Aku dapat melihat. Bahagianya aku.
“Nenek, Nenek, dimana kau ?” Ucapku.
“Aku disini, sayang. Apa kau dapat melihatku ?”
“Ya, Aku dapat melihatmu, nek”
“Oh, syukurlah sayang, Nenek sangat senang sekali.“ Ucap Nenek.
Lalu datang seorang pria menghampiriku. Mata Kanannya tertutup oleh perban.
“Itu siapa, Nek? Ada apa dengan mata kanannya ?” Tanyaku.
“Itu ayahmu, Anna. Dialah yang mendonorkan sebelah matanya untukmu”. Kata nenek.
“Oh, Ayah. Terimakasih, terimakasih banyak. Maafkan Aku, telah mengambil penglihatanmu. Maafkan Aku”
“Tak Apa, nak. Melihatmu bahagia saja Ayah sudah sangat bahagia”. Ucapnya.
Suasana ini sangat membahagiakan. Berbagai air mata berjatuhan dari kelopak mata kami. Berakhirlah sudah penderitaanku selama bertahum-tahun.
Ditengah haru biru ini Aku teringat satu hal.
“Nek, Ibu dimana ?” tanyaku. Namun ia tetap tidak menjawab. Kutanyai mereka satu persatu. Tidak ada yang mau  menjawabnya. Beerulang-ulang Aku mengajukan pertanyaan yang sama. Mereka tetap tidak menjawabnya.
Setelah Aku tanyai terus menerus, Nenekpun angkat bicara.
Dan Aku benar-benar tidak mempercayainya.
Nenek bilang, Ibu telah meninggal saat Aku di lahirkan. Aku benar-benar tidak percaya. Siapa yang menyapaku disetiap paginya ? siapa yang memberiku makan minggu lalu ? dan lantas, siapakah perempuan bergaun putih panjang yang sekarang tengah berdiri di sudut ruangan itu ?

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Pasti si Ibunya kan ??

Kysahh mengatakan...

Sudah drama drama, eh ujungnya creepy..
DAMN.....

Unknown mengatakan...

Wkwk iya juga, pdhl ane sdikit terharu :v

Unknown mengatakan...

ciyee yg terharu :v .. btw ty dah mampir :v

Muhammad Apriyandi Ilmawan mengatakan...

"perempuan bergaun putih panjang yang sekarang tengah berdiri di sudut ruangan itu ?" membaca kata2 ini meulah aku merinding :'v, jakanya ditambahi kata2"tersenyum dengan hangat mengarah kepadaku" (menurutku ja :v) ok ceritanya baguss

Copyright © 2012 Bill's Little Note | Another Theme | Designed by Johanes DJ